“Orang zaman dulu miskin sampai nak beli selimut pun tidak ada duit. Ada suami isteri yang tidur berlaga belakang sebab nak tumpang panas. Tapi Alhamdulillah sampai ke tua tak pernah berbalah sampai cerai-berai. Orang hari ini gaji besar, dua tiga bulan bercerai. Ini menunjukkan bahagia itu bukan pada harta yang banyak, tetapi pada jiwa yang tenang. Tenang ini bukan boleh beli di market, tapi ia datang daripada Allah SWT..”
“Ada banyak “tapi” yang tak bisa di jelaskan, ada banyak “tapi” yang tidak dapat diteruskan, karena “tapi” hanya akan memperburuk keadaan, karena saya tidak pernah bisa bersandar pada satu kata “tapi” yang tak pasti.”
“Bukan tentang kemarin yang tidak bisa terulang, bukan juga untuk besok yang penuh dengan kecemasan, tapi aku ada untuk hari ini, memberi hidup untuk hidup, dan melakukan yang terbaikku untuk hari ini.”
“Karakter seseorang terbentuk sejak kecil, Nak. Pilihan yang kau buat hari ini akan memengaruhi hidupmu sampai kapan pun.”
“Kita manusia ini semua melihat satu bulan saja, tetapi banyak jalan yang dapat kita tempuh untuk sampai ke puncak yang terdekat dengannya. Kadang-kadang kalau kita tersesat, kita memutuskan untuk mencoba jalan orang lain, tapi tujuan akhirnya menemukan penyempurnaan hidup.”
“Pernah ada masanya kita tahu bahwa buku yang laris belum tentu buku yang bermutu. Pernah kita mendasarkan informasi kita tentang “bermutu” atau “tidak” kepada satu atau dua orang penilai yang berwibawa. Tapi dewasa ini, bukan penilaian para penilai itu saja yang digugat. Bahkan ide tentang “bermutu” itu sendiri sudah dirobohkan, seakan-akan di sana ada kekuasaan para cendekia yang memaksa.”