“Seorang alim masih boleh menghidupkan ekonomi bangsanya walaupun setelah ratusan tahun meninggal dunia; ramai ahli politik membunuh ekonomi bangsa walau memerintah satu penggal.”
“Indonesia adalah sebuah republik yang didirikan oleh para pejuang kemerdekaan, cendekiawan, wartawan, dan aktivis politik yang sangat yakin bahwa kapitalisme adalah faktor utama di balik penindasan dan kekuasaan sistem kolonial. Mereka umumnya sangat nasionalis. Tokoh-tokoh yang paling menonjol di kalangan pejuang muda kemerdekaan ini, seperti Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Tan Malaka, sangat dipengaruhi oleh berbagai gagasan kiri di Eropa pada tahun 1920-an dan 1930-an. Bahkan tokoh-tokoh yang paling terdidik secara profesional dalam ilmu ekonomi di antara mereka, sepert Mohammad Hatta atau Prof Sumitro Djojohadikusumo, pendiri fakultas Ekonomi UI, atau tokoh yang memiliki pengalaman praktis dalam dunia administrasi ekonomi, seperti Sjafruddin Prawiranegara, tidak terbebas dari pengaruh demikian.”
“Melalui kajian dan penyelidikan pengajian tingginya, Barat mendidik kaum terpelajar dunia Islam dan Timur sama ada dari segi ekonomi, sains dan teknologi, pentadbiran awam, sosiologi, falsafah mahupun agama. Secara yang cukup licik, Barat secara senyap-senyap menyusup di semua kedudukan dan jawatan strategis dunia melalui saluran pemikiran, ilmu dan pendidikan. Justeru idea dan pengaruh Barat menjadi satu cabaran amat besar terhadap bangsa-bangsa yang lain. Cabaran ilmu dan pengetahuan ini hanya mampu dipecahkan sekiranya kita memiliki universiti-universiti sendiri yang sekali gus bercirikan Islam dan moden.”
“Saya masih terlalu muda, masih sangat idealis, polos lebih tepatnya. Namun, dari situ saya petik pelajaran yang sangat berharga yang tidak akan lupa sampai kapan pun. Betapa jahatnya politik. Ini baru tingkat kampus, bagaimana tingkat negara? Bagaimana selanjutnya politik tingkat dunia? Chairul Tanjung (page 29)”
“Bagaimana Ibu bahagia dengan seorang putri yang pada akhirnya akan meninggalkan Ibu untuk menyatu dengan keluarga suaminya?--Meskipun seorang putra akan tinggal bersamaku sampai aku meninggal dunia, aku takkan pernah dapat mengatakan kepadanya segala sesuatu yang kukatakan padamu. Aku takkan pernah bisa mengungkapkan kerapuhanku kepada seorang putra.”
“Bagi seorang perempuan sepertinya, cukuplah kata: "masih" atau "tidak". Dengan mengucapkan satu saja dari dua kata itu, kau telah membebaskannya dari penantian, juga airmata.”