“Jangan mematok diri sendiri baku beku, mengklaim monopoli heroisme. Gelora hati harus disetir oleh otak yang pandai berkalkulasi, namun otak harus dijiwai hati.”
“Elemen terpenting kita bukan pada otak. Namun, pada apa yang menuntun otak kita--kepribadian, hati, kebaikan, dan ide-ide progresif”
“Le, kamu sekarang sudah mandiri. Udah punya uang. Terus hati-hati ya. Jaga diri. Ibuk gak tahu kotamu itu seperti apa. Hatimu harus dijaga. Tetap seperti yang dulu," pesan Ibuk yang selalu menjaga Bayek, di kota yang selalu menggoda ini.”
“Ia merasakan kulitnya beku oleh AC di ruangan, tapi sebenarnya yang paling membuatnya beku adalah suasana hatinya yang tak menentu. Hati merindu tapi entah pada siapa. Menanti seseorang tapi entah di mana. Inginnya ia menyambut seseorang dengan gempita. Seseorang yang mampu membuat kembali jiwanya bernyanyi. Seseorang yang belum bernama, tapi bayangannya lekat di hati dan ingin segera direngkuhnya. Kali ini, tanpa banyak berpikir dan pertimbangan. Hanya mengikuti suara hati. Sore itu berlalu dengan senyap. Malam menanti dan hati masih terus seorang diri.”
“Hati yang membuat kesenangan untuk diri sendiri, membuatkan juga kesenangan untuk orang lain.”
“Semua tahu, Sayang...agar nasib baik tetap langgeng, kerendahan hati harus selalu dipelihara. Tidak peduli keajaiban apa yang dihadiahkan hidup padamu, jangan pernah membual tentang itu.”