“Tradisi setiap bangsa adalah modal dan warisan abadi yang mengungkapkan kemajuan dan peradaban yang pernah dicapainya. Setiap bangsa pasti memiliki masa lalu sebelum menginjak masa kini; dan membangun masa kini yang kokoh di atas pijakan masa lalu yang kuat.”
“Sejarah ingin agar kita tidak mengulangi kesalahan pada masa silam dan mengambil pelajaran guna membangun masa kini. Ia ingin agar kita mengambil segi-segi positif yang dimiliki masa lalu dan berusaha menghindari segi-segi negatifnya demi menggapai masa depan yang lebih baik dan cerah.”
“Sejarah yang baik akan memberi inspirasi bagi masa kini dan menjadikan kita lebih memahami posisi dan apa yang sedang terjadi di sekitar kita saat ini.”
“Dunia tidak akan pernah berubah kecuali dengan sejarah. Berbagai pergolakan yang kita alami sekarang dan usaha yang kita tempuh untuk lepas dari kekelaman masa lalu, tidak akan pernah tuntas tanpa melihat akar-akar dan sebab-sebab permasalahannya dalam rekaman sejarah.”
“Ibaratnya, sejarah adalah orang tua yang mulia, bijak, berpengalaman dan memiliki ingatan kuat yang tidak pernah gentar kecuali terhadap ‘pemiliknya’, Yang Maha Tinggi dan Perkasa. Ia selalu mengungkapkan fakta kebenaran dan tidak takut menghadapi celaan apa pun meski banyak pihak yang berupaya memanipulasi atau mengaburkannya dengan berbagai macam cara. Sejarah tidak akan pernah takluk kepada mereka, tidak akan pernah bergeming dari posisinya, dan tidak akan pernah berdusta, sebab ia pasti akan mengungkapkan segala kebeanran dari pihak mana pun.”
“Mesir telah menjadi poros sejarah dunia dan peradaban manusia ribuan tahun lamanya semenjak era Firaun, Yunani, Romawi, Qibti dan Byzantium. Mesir telah memberikan pemikiran yang cemerlang kepada dunia dan juga menjadi pusat dunia Islam serta pelopor bangsa Arab. Sekiranya tidak ada kontribusi Mesir maka dunia dan peradaban Islam telah lama lenyap. Mesirlah yang berhasil mengalahkan bangsa Tartar di Ain Jalut dan menyelamatkan kebudayaan Islam dari kehancuran total. Mesir pula yang menyelamatkan dunia Islam dalam Perang Salib di Hittin dan wilayah-wilayah lainnya. Eksistensi al-Azhar as-Syarif telah menyelamatkan identitas kebudayaan Arab dari proses ‘Turkinisasi’ yang dilancarkan oleh Dinasti Uthmaniyah. Jadi, dalam keadaan apa pun Mesir akan tetap menjadi jantung dunia Arab.”
“Komunitas yang bangkit ini tidak berasal dari kalangan militer atau politikus kerana kedua kelompok ini sedang berada dalam bayang-bayang cobaan sehingga tidak mampu berperan lagi di persimpangan sejarah yang kritis ini. Kerana itu hampir semua sisi kesejarahan meniscayakan tanggungjawab dan menawarkan peran bagi kalangan intelektual untuk merekonstruksi khazanah ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang diluluhlantakkan serbuan Mongol di Timur dan Sepanyol di Barat. Mereka harus membangun kedua modal itu sehingga kejayaan ilmiah dapat menggantikan kejayaan politik yang hilang akibat bencana perpecahan dan fanatisme golongan yang akut. Keduanya juga diperlukan guna membangun jaring ruhani dan pemikiran yang memelihara eksistensi dan identitas umat Islam dari keruntuhan, erosi dan perpecahan.”