FAHD PAHDEPIE, suami juga ayah penuh-waktu untuk Rizqa Abidin serta dua putra mereka Falsafa Kalky Pahdepie dan Alkemia Malaky Pahdepie. Menulis, bekerja, dan berkreativitas dirayakannya di waktu senggang. Orang rumahan yang menulis untuk diceritakan pada istri dan anak-anaknya.
Selain menulis, Fahd juga merupakan pembicara publik, penulis skenario dan sutradara film maupun teater. Saat ini menjadi co-founder dan CEO inspirasi.co. Ia bisa ditemui di www.fahdpahdepie.com atau facebook.com/fahdpahdepie atau twitter @fahdisme.
Profil lengkapnya bisa dibaca di: http://id.wikipedia.org/wiki/Fahd_Pah...
“Belajarlah. Jika kau belum mengerti, kau akan melakukan kesalahan lagi. Tetapi itu wajar. Sebab tak ada satupun manusia yang bisa berjalan tanpa terlebih dahulu terjatuh, bukan? Tetapi, teruslah berjalan. Kapanpun kau merasa pintar, kau akan terjatuh—melakukan kesalahan. Maka teruslah merasa bodoh, sebab kau harus terus belajar.”
“Percayalah pada waktu: Semua pasti berlalu, yang tersisa tinggal kenangan...”
“Ada saatnya kita harus melepaskan harapan... kadang-kadang harapan adalah pengalih perhatian.”
“belajarlah dalam kesabaran Ayubberjalanlah bersama keberanian Ibrahimbacalah semesta melalui kecerdasan Sulaimantaklukkan angkuh dunia dengan ketangguhan Musahimpunlah semua kebijaksanaan Yakubkatakanlah kebenaran semerdu suara Daudkasihilah sesama sepenuh cinta Isalalu masukilah kebeningan dirimubersama ketakwaan Muhammad”
“Semoga Tuhan mendekatkan semua rahasia perasaan pada jawabannya.”
“Kita bukan apa-apa, dan bukan siapa-siapa, sampai kita mewakili pikiran dan perasaan kita sendiri!”
“Aku bisa merasakannya, dia orang yang sangat baik. Tetapi bila kau tanyakan padaku bagaimana aku bisa seyakin ini saat mengatakannya, sungguh aku pun tak tahu.”
“Manusia diciptakan untuk bersalah, itulah sebabnya Tuhan menjadi Maha Pengampun”
“Hidupmu tidak akan ditentukan oleh keramaian, begitu kata Soren Kierkegard. Jangan membuat pilihan berdasarkan pilihan banyak orang, buatlah pilihan berdasarkan kata hatimu, berdasarkan akal pikiranmu.”
“Apapun agamamu, kebaikan tak mungkin kau tolak!”
“Tak semua jalan yang terlihat akan membawamu pada jalan yang benar. Kadang jalan yang benar adalah jalan yang tak terlihat oleh matamu. Jangan biarkan matamu yang memutuskan kemana kau akan pergi, biarkanlah hatimu yang memutuskan kemana kau ingin pergi.”
“Suara, nyanyian, musik, gunung, pantai, langit, padang pasir, laut yang membuat mereka indah sesungguhnya hal yang tidak kelihatan. Matahari juga tak bisa ditatap langsung oleh mata, tetapi yang membuatnya indah bukan hal yang bisa ditatap langsung oleh mata kan? Selalu ada sesuatu. Sesuatu yang misterius tetapi sangat bermakna. Itulah yang harus kau temukan… Keindahan bukanlah yang kau dengar atau lihat. Keindahan adalah yang kau rasakan. Jauh sampai ke dalam hati.”
“Mendengar adalah bukan tentang menangkap suara-suara dengan telingamu, lebih dari itu, mendengar adalah menangkap sesuatu -di-balik-suara--sesuatu yang kadang-kadang tak bisa benar-benar ditangkap oleh mereka yang mampu mendengar suara-suara secara sempurna.”
“seperti gerimis aku jatuh cinta perlahan-lahanseperti badai aku ingin mencintaimu sampai mati”
“Dendam Sejarah...Aku tak mau kelak cucuku, atau orang-orang terdekatku, lebih mengenal siapa orang lain daripada kakeknya sendiri. Aku tahu apa yang dipikirkab Einstein muda, tetapi aku tak tau apa yang dipikirkan kakekku waktu ia masih muda. Kami tak sempat bertemu, kakekku meninggal sebelum ia sempat bercerita banyak padaku”
“Aku ingin tetap berada di udara jika hidup adalah sebuah koin yang dilempar ke udara dan menjadikan kita sebagai salah satu sisi dari dua mata koin itu. Aku ingin berada di dunia antara, abu-abu, dunia fusi sinergis yang harmonis.”
“ledakkan waktumu, sampai detikmu berdetak.”
“seperti udara, aku mencintaimu, selalu terikat ruang. seperti cuaca, aku menyayangimu selalu terikat waktu. seperti hujan, aku membencimu, sewaktu-waktu.”