Iwan Setyawan photo

Iwan Setyawan


“Cinta tidak menunggu.”
Iwan Setyawan
Read more
“Kenangan itu, betapapun pahitnya, selalu bisa dikenang dan ditempatkan kembali di hati kita. Dan, biarlah memori beristirahat disana. Biarlah kita kunjungi suatu saat.”
Iwan Setyawan
Read more
“Impian haruslah menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak”
Iwan Setyawan
Read more
“Mencintai tidak bisa menunggu.”
Iwan Setyawan
Read more
“Aku ingin memberikan hatiku.”
Iwan Setyawan
Read more
“Lewat tulisan ini juga, aku ingin kembali berkaca. Sudah jernihkah cintaku untuk orang-orang yang telah menguatkan perjalanan hidup ini?”
Iwan Setyawan
Read more
“Tulisan membuatku semakin berani. Dan bukankah hidup ini terasa bermakna ketika ada keberanian untuk melalui badai kehidupan. Keberanian untuk menembus batas ketakutan. Keberanian untuk melalui malam yang panjang. Keberanian untuk bertanya, untuk apa kita di sini?Untuk apa?”
Iwan Setyawan
Read more
“Aku menulis untuk orang-orang yang telah menyentuh hatiku, kehangatan keluarga yang telah menghangatkan hidupku, serta alam sekitar yang menyegarkan perjalanan ini. Tulisanku mencoba menangkap kenangan agar mereka tidak menguap begitu saja. Aku menulis sebelum kenangan jatuh dari ingatan. Aku menulis untuk menangkap kenangan yang mungkin tak akan mampu tersimpan dalam memoriku. Sebelum diriku usang dan menghilang.”
Iwan Setyawan
Read more
“Menulis adalah meditasi.”
Iwan Setyawan
Read more
“Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis untuk menggali hati nurani.”
Iwan Setyawan
Read more
“Menulis membebaskanku. Membesarkanku. Memberanikanku.”
Iwan Setyawan
Read more
“Aku ingin menulis ini untuk Ibuk, Bapak, dan perjuangan mereka yang kokoh. Tangan kuat mereka telah membawa anak-anaknya ke tempat yang lebih indah.”
Iwan Setyawan
Read more
“Ketika kesederhanaan dan cinta keluarga menyelamatkannya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Selesai sudah kubungkus kenangan itu. Tak semua memang karena ingatan ini kadang keruh dan tak bisa tajam membelah-belah masa lalu yang panjang.”
Iwan Setyawan
Read more
“Selamat untuk Bapak. Aku yakin, dia sedang merayakan kemenangan atas kehidupan. Di sana...”
Iwan Setyawan
Read more
“Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka.Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga.Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak.”
Iwan Setyawan
Read more
“Sajak Musim GugurMalam-malam berguguran...Kenangan berguguran...Hanya sajak ini yang tumbuhKau selalu berdiri, ketika matahari mengoyak langitKetika panas, mengoyak-ngoyak hidup!Kau pernah ajak aku berjalanMelalui pagi dan senja, berbasah hujanMelalui kali. Luka dan suka mengalir di sanaTanpa jedaBertahan! Kau harus bertahan...Jangan gugur sebelum musim dingin tibaIni kuberikan napasku!”
Iwan Setyawan
Read more
“Nah, temani aku ya? Temani aku, meskipun aku tinggal tulang dan kulit saja," bisik Bapak.”
Iwan Setyawan
Read more
“Belahan jiwa, belahan hidup.Belahan jiwa yang saling menghidupkan.Belahan jiwa yang saling merawat.”
Iwan Setyawan
Read more
“Belahan jiwa yang semakin bening dalam mencintai satu sama lain. Belahan jiwa yang saling melindungi. Belahan jiwa yang hidup untuk hidup belahan jiwa yang lain.”
Iwan Setyawan
Read more
“40 tahun lebih mereka mengarungi lautan kehidupan. Berawal dari pasar sayur Batu, mereka berlayar. Terus berlayar. Cinta mereka tak pernah usang, bahkan semakin kuat. Badai kerap mengempas perjalanan hidup tapi perahu mereka juga semakin kuat, cinta mereka semakin kokoh. Mereka adalah belahan jiwa satu sama lain.”
Iwan Setyawan
Read more
“Itulah hidup, Yek, memang mesti dijalani dengan kuat, tabah. Dengan perjuangan. Rasa enak itu baru terasa setelah kita melalui perjuangan itu," kata Ibuk sebelum kembali ke dapur.”
Iwan Setyawan
Read more
“Ibuk melalui hidup sebagai perjuangan. Tidak melihatnya sebagai penderitaan.”
Iwan Setyawan
Read more
“Rasa cinta itu kadang semakin jernih ketika kita harus terpisah. Rasa cinta itu bisa tumbuh subur di tempat yang asing dan jauh. Rasa cinta itu tumbuh lewat jalan yang berliku, lewat kegelapan dan air mata. Rasa cinta yang seperti itu sejatinya akan menjadikan kita kuat.”
Iwan Setyawan
Read more
“Ah, kematian memang misteri. Bisa datang di mana saja, kapan saja. Jika bisa memaknai setiap napas hidup, kematian hanyalah sebuah lonceng untuk waktu yang telah tiada.”
Iwan Setyawan
Read more
“Hidup memang menantang. Hidup kadang melempar, kadang menampar. Tapi hidup terlalu megah untuk diakhiri oleh diri sendiri. Bukankah keindahan hidup seringkali ditemukan dalam pilu?”
Iwan Setyawan
Read more
“Selain dari yoga, Ibuk juga mengalirkan wisdom tentang kehidupan kepada Bayek dan anak-anaknya. Lewat cinta Ibuk yang terus mengalir tanpa jeda. Lewat pelayanan Ibuk yang tulus untuk orang-orang yang dicintainya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Le, kamu sekarang sudah mandiri. Udah punya uang. Terus hati-hati ya. Jaga diri. Ibuk gak tahu kotamu itu seperti apa. Hatimu harus dijaga. Tetap seperti yang dulu," pesan Ibuk yang selalu menjaga Bayek, di kota yang selalu menggoda ini.”
Iwan Setyawan
Read more
“Ia selalu menantang dirinya. Harus terus berlari, tidak boleh berhenti! Ia memang suka menantang dirinya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Peristiwa itu mengingatkan kembali bahwa maut itu bisa datang kapan saja, di mana saja. Bisa jadi ketika jauh dari orang-orang yang kita cintai. Tanpa berpamitan dulu.”
Iwan Setyawan
Read more
“Kehilangan itu bisa datang tiba-tiba. Kapan saja. Kehilangan itu, menggetarkan hidup.”
Iwan Setyawan
Read more
“Malu kalau aku tak bisa bekerja keras seperti Bapak. Malu kalau aku tidak bisa membahagiakan beliau kelak, janji Bayek untuk Bapaknya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Kebahagiaan akan terasa lebih manis, lewat sebuah perjuangan yang sepenuh hati.”
Iwan Setyawan
Read more
“Hidup Bapak penuh dengan gelombang besar. Tidak mudah, tapi Bapak selalu memikul tanggung jawab dengan berani.”
Iwan Setyawan
Read more
“Sing tabah Le. Kamu kuliah yang pinter. Nggak apa-apa jauh dari keluarga sebentar. Biar kamu nanti dapat kerja bagus. Yang penting, jangan pernah telat makan. Jangan takut, Le. Coba dulu," nasihat Ibuk lewat telepon.”
Iwan Setyawan
Read more
“Semenjak Bayek melihat air mata Ibuk, ia mulai mengenal perjuangan hidup.”
Iwan Setyawan
Read more
“Dari hutan bambu itu, hidup Bayek tak akan sama lagi. Janji untuk Ibuk. Janji untuk Bapak. Janji untuk saudara-saudaranya terpatri dalam hidupnya. Janji untuk keluarga.”
Iwan Setyawan
Read more
“Buk, jangan nangis lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji akan membahagiakan Ibuk. Bayek janji, ikrar Bayek dalam hati.”
Iwan Setyawan
Read more
“Selama ini kulihat hidup semakin rumit. Banyak orang tega membunuh hati nurani dengan tangan mereka sendiri. Kusaksikan tangan-tangan politik semakin kotor, meraih kemenangan demi kepentingan sendiri. Pemimpin saling berebut nasi. Pemimpin yang bahkan tak bisa memimpin hidup mereka sendiri. Lumpur menggenangi ratusan rumah, mesjid, sekolah, warung nasi, juga kenangan. Lumpur panas yang tumpah karena uang dan ketidakpedulian. Bahkan ada juga yang membunuh dengan mengatasnamakan agama. Beberapa orang dilarang beribadah di tempat ibadah mereka sendiri. Di mana ada proyek sosial, di sana cenderung ada penipuan. Banyak orang kehilangan hati mereka sendiri. Keluarga merindukan kehangatan.”
Iwan Setyawan
Read more
“Pak, aku mau sekolah sing pinter saja. Aku mau jadi orang pinter!" balas Bayek.”
Iwan Setyawan
Read more
“Aku ingin anak-anakku sama dengan anak-anak lain! tekad Ibuk.”
Iwan Setyawan
Read more
“Tak terucap terima kasih tapi wajahnya penuh syukur.”
Iwan Setyawan
Read more
“Dunia ini akan menjadi semakin rumit tapi kebersamaan seperti itu, cinta yang hangat seperti itu, akan membuat semuanya sederhana.”
Iwan Setyawan
Read more
“Sebuah momen sederhana, momen masa kecil yang menggetarkan. Sebuah percik kehidupan yang akan menjadi kenangan. Kenangan yang bisa menyelamatkan Bayek dan saudara-saudaranya kelak dalam hidup selanjutnya. Sebuah kebersamaan yang akan mengikat mereka, ke mana pun mereka pergi. Hangat matahari pagi itu akan menemani hidup mereka. Selamanya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Dapur ini penuh dengan jelaga. Hidup ini mungkin akan penuh jelaga juga. Tapi anak-anakkulah yang akan memberi warna terang dalam hidupku. Ini hartaku. Dan kini saatnya, semua yang telah keluar dari rahimku bisa hidup bahagia. Tanpa jelaga, lanjutnya.”
Iwan Setyawan
Read more
“Ketika Ibuk menikah, ia dan Bapak hanya berbekal keberanian untuk menjalani hidup bersama. Mereka tidak memiliki perencanaan bagaimana membesarkan anak, di mana mereka akan tidur kelak, apalagi tentang gizi atau pendidikan. Sama sekali tidak terbersit di benak mereka.”
Iwan Setyawan
Read more
“Di kaki Gunung Panderman mereka berlayar mengarungi kehidupan dengan berani. Dengan layar kejujuran yang kokoh, dengan cinta yang tulus.”
Iwan Setyawan
Read more
“Ia mulai belajar menata hidupnya, hidup suaminya. Hidup anak-anaknya kelak. Hidup keluarganya kelak.”
Iwan Setyawan
Read more
“Keduanya tak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Mereka bahkan tak berani menatap mata masing-masing.”
Iwan Setyawan
Read more