“Hidup ini seringkali tidak adil tuan-tuan. Kau sedih, kecewa dan kau jatuh. Tapi tahukah kau ketidakadilan itu membuat kau lebih berfikir?”
“Jika kau terlalu sibuk melihat masa lalumu, atau bahkan cemas terhadap kehidupan masa mendatang, kau tidak akan melihat-Nya. Dan jika kau melupakan-Nya,...hidup ini tak layak kau jalani...”
“Kau tidak harus minta maaf. Meskipun seharusnya kau tahu, sehari setelah kau memutuskan pergi, aku telah membujuk hatiku agar tegar. Tetapi percuma. Menyakitkan. Semua itu membuat sesak. Kalimat itu mungkin benar, ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Alysa, kau pergi. Dan kau bahkan membawa lebih dari separuh hatiku.”
“Tahukah sayang. Jika kau melemparkan sebutir telur dari atas awan saat jatuh menimpa tanah sedikit pun telur itu takkan retak sepanjang kau punya sesuatu...Sesuatu itu adalah cinta”
“Pengorbanan. Kau membuat pengorbanan. Aku membuat pengorbanan. Kita semua membuat pengorbanan. Tapi kau merasa marah atas pengorbanan yang kau berikan. Kau selalu memikirkan apa yang telah kau korbankan. Kau belum mengerti. Pengorbanan adalah bagian kehidupan. Harusnya begitu. Bukanlah sesuatu untuk disesali. Tapi sesuatu untuk didambakan.”
“Menulis itu mudah. Tapi bagaimana agar tiap huruf berarti dan bisa membuat pembacamu bergerak ke arah yg lebih baik, tanpa kau gurui.”