“Itulah, aku sadar, yang harus mulai kulakukan: berhenti berharap punya bakat yang lebih, dan mulai menggunakan bakat yang kumiliki sebaik mungkin.”

“Para pembunuh tidak sepintar itu. Mereka, pada kenyataannya orang-orang yang sangat bodoh. Itu sebabnya mereka membunuh: Kecerdasan mereka begitu terbatas, sehingga mereka tidak bisa melihat jalan keluar yang lain.”

“Jadi, jika aku ditanyai, "Apa yang harus kulakukan untuk menjadi penulis sukses?" Aku akan menjawab bahwa kau harus menginginkannya lebih daripada kau menginginkan yang lain.”

“Ya?" Aku bersandar penuh harap di susuran tangga. "Alasanku melarangmu melakukan penyelidikan ini sendirian," aku menduga - yah, baiklah, berharap - dia akan berkata begitu, "Itu karena aku tidak sanggup membayangkanmu membahayakan dirimu sendiri. Kau tahu, aku mencintaimu, Heather. Aku selalu mencintaimu.”

“Cinta itu bukan milik arjuna atau cleopatra. Tapi milik ayah-ibu atau kakek-nenek kita. Saat rambut mulai memutih dan jalan mulai tertatih, biarlah cinta lulus terujih. Dan yang mereka pertengkarkan hanyalah, siapa yang lebih mencintai siapa...”

“Aku mungkin hanya musafir iseng tak punya tujuan? Apa yang kucari? Aku terpenjara oleh kantor, oleh keluarga, oleh orangtua dan mertua, oleh istri dan anak-anak. Tapi siapa bilang aku tak terpenjara oleh nafsuku sendiri, dan kecenderungan-kecenderungan sok mengejar apa yang abadi, tapi tak sadar telah kandas diatas segala yang fana?”

“Sering dikatakan orang bahwa bakat memberi banyak kesempatan untuk maju.Namun semangat besarlah yang kerap memberi kesempatan, dan bahkan memberi banyak bakat.”