“Kamu juga selalu ngomong, you will never never know if you never never try. Kita nggak boleh menilai buku dari luarnya aja, kan?”
“Masalahnya, kita tidak pernah dalam posisi mereka, kan? Tidak pernah dalam posisi orang-orang yang dicemburui. Percaya nggak, terkadang mending kita dalam posisi yang mencemburui dibanding sebaliknya. Kita aja yang nggak pernah tahu. Anyway, dengan nggak tahu, nggak mesti kita merasa kehidupan mereka lebih oke, kan?”
“Kita menilai diri kita sendiri dari segala sesuatu yang kita rasa mampu kita lakukan,Sedangkan orang lain menilai kita dari apa yang telah kita lakukan.”
“Hendaknya kita mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang kita habiskan. Bukan dari tumpukan naskah yang kita hasilkan. Bukan juga dari penatnya mulut dalam diskusi tak putus yang kita jalani. Tapi…dari amal (action) yang keluar dari setiap desah nafas kita”
“Apa boleh kita punya harapan, Ray?""Boleh, kenapa nggak?""Walaupun kelihatannya nggak mungkin?""Kenapa nggak mungkin?”
“Dengan wang kamu hanya boleh membeli buku tetapi tidak boleh membeli ilmu.”